Di tengah hutan yang hijau dan
rindang hiduplah sekelompok koloni semut rangrang yang hidup dengan sangat
damai. Mereka melakukan segala sesuatu dengan gotong royong sehingga pekerjaan
yang berat pun tak terasa sama sekali.
Suatu ketika pada saat semut sedang
mengumpulkan makanan datanglah sekelompok ayam yang sedang kelaparan. Mereka
lalu meminta makanan yang sedang dikumpulkan semut “Hai semut, bolehkah kami
meminta makanan itu. Kami sungguh sangat kelaparan. Kumohon. . . “ semut pun
menjawab dengan bijak “Duhai Ayam-ayam yang malang. Silahkan ambil makanan itu,
tapi ingat! Kalian harus saling berbagi, karena makanan itu hanya sedikit.”
Ayam-ayam itu langsung memakan makanan yang diberikan semut dengan senang hati.
Mereka membaginya dengan rata seperti perintah koloni semut itu. Setelah
selesai makan, ayam-ayam itu berterima kasih kepada semut dan bertanya “Hai
semut, kenapa kelihatannya kolonimu begitu makmur dan selalu bahagia? Padahal
mencari makanan di hutan ini sangat sulit dan perlu jarak yang lumayan jauh
pula untuk mendapatkannya.” Semut menjawab”Wahai ayam. Kenapa kami terlihat
makmur, itu karena kami mengumpulkan makanan dengan bekerja sama. Sesulit
apapun pekerjaannya bila dilakukan dengan bersama-sama pasti akan terasa ringan
dan kenapa kami terlihat bahagia selalu itu karena kami bahagia bisa saling
membahagiakan. Tak ada permusuhan diantara kami, kami bahagia saling bersama
dan saling menolong.” Mendengar jawaban semut yang begitu bijak, ayam-ayam itu
malah terheran-heran. Ayam itu mulai ingin meniru sifat semut dan
bercakap-cakap dengan ayam lainnya agar bisa seperti semut, akan tetapi ayam
lainnya mulai tak setuju dan mereka malah bertengkar dan berkelahi satu sama
lain hingga babak belur, untung masih ada semut yang memisahkan mereka semua
dengan menggigiti tubuh mereka hingga mereka berhenti berkelahi. Sang semut
sangat kecewa dengan perilaku ayam yang sangat anarkis dan suka berkelahi. Sang
semut akhirnya geram dan berujar tak akan memberi makanan lagi kepada sang ayam
bila mereka masih saling egois dan menyelesaikan masalah dengan kekerasan.
Musim kering berkepanjangan datang.
Makanan sangat sulit dicari di tiap penjuru hutan. Akan tetapi semut sudah
mempersiapkan semuanya dengan matang dan tak pernah kekurangan makanan
sedikitpun, malahan sampai kelebihan makanan. Berbeda dengan ayam, disaat
seperti ini mereka malahan saling menyalahkan satu sama lain karena mereka tak
menyimpan makanan sedikitpun dan akibat masalah itu malahan menjadikan mereka
terus berkelahi, hingga mereka hampir mati karena babak belur dan sangat-sangat
kelaparan. Mereka akhirnya mengemis-ngemis meminta makanan kepada semut. Sang
semut yang baik hati tidak tega dan memberinya sedikit makanan, tetapi dengan
satu syarat yaitu sang ayam harus berjanji tidak akan berkelahi lagi apapun
alasannya. Sang ayam yang terdesak itu akhirnya mau berjanji.
Musim kemarau berlalu. Semua seperti
sediakala lagi, makanan sudah mudah dicari dan banyak tersedia. Sang ayam
dengan koloninya mencari makanan bersama-sama dan menemukan ladang jagung yang
lumayan luas. Mereka membagi dengan rata semua jagung dan tidak lupa
menyimpannya dengan rapi untuk persediaan musim yang akan datang.
Setelah kejadian-kejadian yang
dialami ayam-ayam itu sifat mereka yang semula egois satu sama lain, suka
berkelahi dan tak pernah bekerja sama, sekarang menjadi saling membantu satu
sama lain dan mereka akhirnya tak pernah lagi merasakan kelaparan dan bahagia
selalu. Berkat koloni semut ayam-ayam menjadi berubah menjadi lebih baik dan
mendapatkan ilmu baru tentang bagaimana caranya hidup dalam suatu kelompok.
Penulis: Andity
No comments:
Post a Comment