Monday, March 22, 2021

Puisi Dengan Judul Pelangi Di Pelupuk Mata

 Pelangi di Pelupuk Mata

Apa yang kau lihat

Mungkin hanya tipu muslihat

Apa yang kau dengar

Mungkin tak selalu benar

Dan apa yang kau rasa 

Mungkin hanya kebetulan saja

Yaa

Ini ungkapan rasa yang tersisa

Dari puing istana asmara

Yang telah luluh lanta

Ku lihat bahagia

Tapi hanya ilusi saja

Yang singgah lalu sirna

Karena tak ada yang setia

Ku dengar bisikan rindu

Begitu menggetarkan kalbu

Namun semua semu

Meluluh lantakan jiwaku

Ku rasa diriku terlalu cinta

Namun akupun bisa melupa

Dan menghilangkan semua rasa

Tapi pasti meninggalkan luka

Dan air mata

Lalu menahannya hingga sirna

Hingga muncul pelangi di pelupuk mata

Walaupun kau tak pernah melihatnya.

Sunday, March 7, 2021

Puisi Tentang Kita yang Bukan Lagi Kita

 KITA

Oleh Anditya Rizka Pamungkas


Kita terlahir sempurna

Dengan kesucian pula

Bak kain putih

Tanpa secerca noda

Tanpa tangis derita

Tapi kesucian dikhianati

Pengkhianatan sana sini

Hukum seenak hati

Orang-orang frustasi

Pelarian pun menawari

Narkoba melambai-lambai

Sex bebas membayangi

Miras menghantui

Semua mengepung kini

Kini kain menjadi gelap

Tanpa setitik pun kesucian

Kesucian terbang keangkasa

Kita bukan lagi kita

Hanya insan penuh dosa

Bila lenyap iman didada


Thursday, March 4, 2021

Naskah Drama Dengan Tema Persahabatan

 Naskah Drama 1: Makna Sahabat


Suasana pagi cerah di SMPN Pelita Harapan Jakarta mengiringi sebuah kisah keempat sekawan dengan karakter yang berbeda-beda. Namun perbedaan tersebut tidak menjadikan mereka berempat berselisih, tetapi menjadikan mereka mascot dalam persahabatan yang sejati. KARA, MIMI, IGO, dan AFIKA, itulah nama mereka. Mereka selalu kompak dan tampak ceria setiap hari. Jadi tidak heran jika mereka memiliki ribuan teman. Ke epat sekawan tersebut berbincang-bincang sambil berjalan di koridor sekolah.



IGO : “Hey sob, sebentar lagi kita UAN nich, pastinya waktu untuk kumpul-kumpul kita akan tersita buat belajar. Gimana nich?”



MIMI : “Iya bener juga Zha, jadwal kita bakalan jungkir balik gara-gara persiapan UAN. Jadwal shopping, ke salon, creambath, manypadhy, dan pastinya jadwal kencan bareng bakalan ancur. Aduch, bisa-bisa rambut aku rontok nich.”



KARA : “Gak segitunya kalik, tergantung kita juga. Jika kita rajin menabung ilmu, maka kita tidak akan sibuk belajar.”


MIMI : “Ah kamu ini Cha, mentang-mentang anak pintar jadinya sok ceramah. Huh nyebelin.”


IGO : “Sudah-sudah jangan berdebat, apa yang di omongin KARA itu ada benarnya juga. Coba dech kalian bayangin, jika kita rajin belajar kita tidak perlu sibuk-sibuk mikirin UAN, itung-itung siap senjata dulu sebelum perang. Enjoy aja lagi, bener gak?”


MIMI : “Iya-iya Bu guru. Belum masuk kelas aja sudah dapat ceramah dari Ibu KARA dan Ibu IGO, capek dech.”


AFIKA : “Ha…ha…ha…MIMI MIMI dari dulu penyakit marah kamu gak sembuh-sembuh yach.”

(Dengan nada ngeledek)


KARA : “Maklumlah dia itukan The Queen of Angry in the World.”


IGO : “KARA ini sukanya kok ngledekin aku terus. Kalau ngefans sama aku bilang aja dech.”


KARA : “Ih, gak banget dech.”


Bel masuk kelas berbunyi, merekapun masuk kelas untuk mengikuti pelajaran. Waktu cepat berlalu, tak terasa sudah saatnya pulang sekolah.


MIMI : “Guys, mau ke mana nich? Kalian mau langsung pulang atau mau shopping dulu?”


AFIKA : “Maybe, I go home now because I’m tired. Seharian ulangan terus.”


KARA : “Iya sama. Aku juga mau langsung pulang banyak tugas yang harus di kerjakan plus jadwal les aku yang numpuk banget. Maklumlah, aku itukan orang sibuk.”

(Seraya tertawa)


IGO : “Aduch, jadi anak kelas tiga capek banget ya. Dikit-dikit tugas, dikit-dikit ulangan pusing.”


KARA : “Namanya juga sekolah.”


Hari demi hari berganti, namun ada keganjilan dari sikap KARA, sehingga terjadi perselisihan di antara mereka.


MIMI : “Cha, akhir-akhir ini kamu kok sibuk banget yach? Sampai-sampai sahabat sendiri di lupain.”


KARA : “Sorry dech. Akhir-akhir ini aku sibuk ngerjain tugas, les, and belajar buat persiapan UAN nanti.”



IGO : “Yakin kamu nggak bohong sama kita?”


KARA : “Emh, beneran kok. Masak sich kalian nggak percaya sama sahabat sendiri.”


MIMI : “Bukan gitu, akhir-akhir ini kita liat kamu pulang lebih awal, kalau kita ajak kumpul-kumpul, kamu ada aja alasan inilah, itulah, HP kamu juga tidak pernah aktif.”



AFIKA : “Iya, juju raja lagi.”


KARA : “Nggak ada apa-apa kok guys. Sudah jangan di bahas. Nggak ada topik lain yach?”

(Mulai menitikan air mata)


IGO : “Kamu kenapa sich Cha? Cerita dong sama kita.”


MIMI : “Ayo dong Cha cerita sama kita.”


KARA : “Aku nggak kenapa-kenapa kok guys. Kenapa sich kalian nggak percaya?”


AFIKA : “Ugh tau wes. Kamu sudah nggak nganggep kita sahabat lagi.”


KARA : “Iya dech aku cerita.”


AFIKA : “Nah gitu dong. Dari tadi kenapa ceritanya.”


Ternyata KARA ada masalah dengan orang tuanya, dan masalah itu membuat KARA tidak semangat untuk belajar. Saat pulang sekolah IGO, MIMI, dan AFIKA berkumpul di rumah AFIKA.


MIMI : “Guys aku kasian nich sama KARA, dia les uterus.”

(Dengan wajah memelas)


AFIKA : “Emang kamu punya rasa kasian?”

(Dengan nada meledek)


IGO : “Sudahlah nggak usah berantem terus. Tau nggak, kalian itu seperti kucing dan tikus, rebut melulu.”


AFIKA : “Iya aku tau, sorry dech.”


IGO : “Gimana kalau kita tanya ke orang tuanya KARA aja? Jadi kita tau apa yang sebenarnya terjadi antara KARA dengan orang tuanya.”


Akhirnya mereka bertiga datang ke rumah KARA, dan kebetulan pada saat mereka ke rumah KARA, dia sedang les. Setelah mereka dipersilahkan masuk, mereka berbincang-bincang dengan Ibu KARA. Mereka bertiga menanyakan apa yang terjadi antara KARA dengan orang tuanya. Setelah bercerita panjang lebar, dan mereka telah mengetahui apa penyebabnya, mereka mohon undur diri kepada Ibu KARA.Keesokan harinya MIMI, IGO, dan AFIKA menghampiri KARA yang sedang duduk termenung di dalam kelas.



AFIKA : “Woi.”

(Seraya mengagetkan KARA)


KARA : “Apa-apaan kalian ini, bikin aku kaget aja!”


IGO : “Kok kamu jadi nyalahin kita Cha? Kamu sich pagi-pagi sudah ngelamun, kena setan sekolah baru tau rasa kamu.”(KARA, MIMI, AFIKA, dan IGO tertawa bersama)



AFIKA : “Cha, kita sudah tau kenapa akhir-akhir ini sikap kamu jadi aneh.”


KARA : “Kalian bicara apa sich, aku nggak ngerti?”


MIMI : “Ampun dech KARAku sayangku cintaku sahabatku jangan tulalit donk. Sudah jelas kita ini lagi bahas sikap kamu yang berubah 180o.”


IGO : “Bener Cha, kita udah tau semuanya.”


KARA : “Kalian ini ada-ada aja, aku biasa aja kalian malah bilang aku berubah segala. Emang apa yang berubah? Aku tetap KARA yang dulu.”


AFIKA : “Nggak Cha, kaum berubah semenjak kamu punya masalah dengan orang tua kamu.”


KARA : “Emang kalian tau apa tentang masalah aku ini? Kalian itu nggak tau apa-apa!”

(Dengan nada membentak)


AFIKA : “Kamu salah Cha, kita tau semuanya.”


KARA : “Maksudnya kalian tau masalhku dengan orang tuaku?”

(Dengan nada terbata-bata)

MIMI : “Yups betul betul betul.”


KARA : “Tapi gimana kalian bisa?”


AFIKA : “Iya kita tau dong. Kemarin kita bertiga sengaja ke rumah kamu buat tanya masalah ini ke ibu kamu, dan ibu kamu cerita semuanya ke kita.”


KARA : “Napa sich kalian ngelakuin hal ini? Lagian kalian bisa langsung tanya sama aku.”


AFIKA : “Kita ngelakuin hal ini karena kita kasian liat kamu kayak gini Cha?”


IGO : “Kita sudah tanya sama kamu tentang hal ini, tapi kamu cuma bilang ada masalah sama orang tua kamu. Kamu nggak jelasin apa masalah yang sebenarnya. Ya udah kita cari tau aja sendiri.”


MIMI : “Terus kita tanya ke ibu kamu dan kita tau kamu kayak gini karena HP sama fasilitas yang kamu punya di tarik sama ibu kamu kan?”


KARA : “Iya, HP sama fasilitas yang ada buat aku ditarik sama orang tua aku. Karena itu aku nggak semangat belajar, lagian tanpa itu semua rasanya hampa.